1. Definisi
Penyakit
Bronkitis adalah suatu peradangan yang
terjadi pada bronkus. Sedangkan Bronchitis akut adalah peradangan bronki dan
kadang2 mengenai trakea yang timbul secara mendadak.
Bronchitis kronis adalah adalah gangguan
klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan pada bronkus dan
bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3
bulan dalam setahun, sekurang kurangnya dalam dua tahun berturut – turut.
(Manurung,
2009, hal 123)
Definisi Bronkitis menurut beberapa
sumber, Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis
berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2
tahun berturut-turut pada pasien.
Bronkhitis
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi/ektasis (pelebaran)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.
(Gunawan,2006)
Yang
dimaksut dengan bronkiris kronis (BK) adalah suatu sindroma kilinis berupa
batuk batuk kronis berdahak stiap hari selama paling sedikit 3 bulan dan selama
paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
(Danusantoso,1999)
Bronkitis akut adalah radang pada
bronchus yang biasanya mengenai trachea dan laring, sehingga sering dinamai
juga dengan laringotracheobronchitis. (Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan system pernapasan, (Somantri, 2008)
Bronkitis akut merupakan inflamasi
bronkus pada saluran napas bawah.
(Chang dkk, 2009.)
2. Etiologi
Terdapat
3 faktor utama yang mempengruhi timbulnya bronchitis, yaitu : rokok, infeksi
dan polusi.
a. Rokok
Rokok
adalah penyebab utama timbulnya
bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP
(Volume Ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan
hyperplasia kelnjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran
pernafasan juga dapat menyebabkan bronkotirsi akut.
b. Infeksi
Eksasebasi
bronchitis disangka paling sering diawali dengan virus yang kemudian menebabkan
infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
hemophilus influenza dan pneumonie.
c. Polusi
polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi O2, zat – zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi O2, zat – zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
(Manurung. 2009)
Bronkitis kronik dapat merupakan
komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh, yaitu:
a. Penyakit
jantung menahun,yang disebabkan olh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi
sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkus
c. Dilatasi
dinding bronkus (brokhiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
(Soemantri, 2008)
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis
adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel
goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas
yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai
bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah
merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi
tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan
mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Pada bronkitis
kronis, zat-zat iritan menimbulkan inflamasi percabangan trakeobronkial dalam
waktu tertentu sehingga terjadi peningkatan produksi mukus dan penyempitan atau
penyumbatan jalan napas. Ketika inflamasi terus berlanjut, sel-sel goblet dan
sel-sel epitel mengalami hipertrofi. Karena mekanisme pertahanan yang alami
terhalang.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat
displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam
jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
Mucus yang kental dan pembesaran bronkus
akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas
selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari
paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan menurunnya ventilasi alveolus, hipoksia,
dan asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan dan ratio
ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PO2.
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO2 sehingga
pasien terliahat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia
(produksi eritrosit berlabihan).
(Kowalak,2003,hal239)
Manifestasi
klinis
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk
produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau
hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira
beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan
utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah
yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena terjadi
penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan
gejala yang ada yaitu :
a. Biasanya
tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan
umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin
disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada
paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan
adalah akibat batuk yang lama, yaitu :
a. Batuk
siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan seseorang kurang istirahat.
b. Daya
tahan tubuh yang menurun.
c. Anoreksia
sehingga berat badan sukar naik.
d. Kesenangan
anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar anak menurun.
PATWAYS